Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat.
Tidak diketahui
dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari India dan Cina, melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia Baru. Di Indonesia,
kemiri dikenal dengan banyak nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri
(Bat.); kemili (Gayo); kemiling (Lamp.); buah kareh (buah keras, Mink.; Nias); keminting (Day.). Juga muncang (Sd.); dèrèkan, pidekan, miri (Jw.); kamèrè, komèrè, mèrè (Md.); dan lain-lain.
Kemiri sekarang
tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara
bagian Hawaii.
Pengenalan
Pohon besar; dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang hingga 1,5 m. Pepagan abu-abu, sedikit kasar
berlentisel. Daun muda, ranting, dan karangan bunga dihiasi dengan
rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak mentega; seolah bertabur tepung. Dari kejauhan tajuk pohon ini nampak keputihan atau keperakan.
Daun tunggal, berseling, hijau tua,
bertangkai panjang hingga 30 cm, dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun
hampir bundar, bundar telur, bundar telur lonjong atau menyegitiga, berdiameter
hingga 30 cm, dengan pangkal bentuk jantung, bertulang daun menjari hanya pada
awalnya, bertaju 3-5 bentuk segitiga di ujungnya.
Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak ujung, panjang 10–20 cm. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai pendek.
Bunga-bunga betina berada di ujung malai payung tambahan; bunga-bunga jantan
yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu berada di sekelilingnya, berjumlah
lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota bentuk lanset, bertaju-5, panjang
6–7 mm pada bunga jantan, dan 9–10 mm pada
bunga betina. Buah batu agak bulat telur gepeng, 5-6 cm × 4-7
cm, hijau zaitun di luar dengan rambut beledu, berdaging keputihan, tidak
memecah, berbiji-2 atau 1. Biji bertempurung keras dan tebal, agak
gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan keping biji keputihan, kaya akan minyak.
Kegunaan
Biji
Kemiri terutama
ditanam untuk bijinya; yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus kental yang dimakan
dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan
macadamia yang juga memiliki kandungan minyak
yang hampir sama. Kemiri juga dibakar dan dicampur dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak khas Hawaii yang disebut inamona. Inamona adalah bumbu masak
utama untuk membuat poke tradisional Hawaii.
Inti biji
kemiri mengandung 60–66% minyak. Di Hawaii, pada masa kuno, kemiri (di sini
disebut kukui) dibakar untuk menghasilkan cahaya. Kemiri disusun
berbaris memanjang pada sehelai daun palem, dinyalakan salah satu ujungnya, dan
akan terbakar satu demi satu setiap 15 menit atau lebih. Ini juga berguna
sebagai alat pengukur waktu. Misalnya, seseorang bisa meminta orang lain untuk
kembali ke rumah sebelum kemiri kedua habis terbakar. Di Tonga, sampai sekarang, kemiri yang sudah matang (dinamai tuitui)
dijadikan pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo.
Penanaman
kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap
penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang
kemiri, dan sekitar 15 sampai 20% dari berat tersebut merupakan minyak yang
didapat. Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak
diperdagangkan secara internasional.
Minyak kemiri
terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk
mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis
kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih
rendah daripada tung
oil, minyak serupa
yang dihasilkan oleh Vernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari
Cina.
Kayu
Meskipun dapat
menghasilkan kayu yang berukuran besar, kayu kemiri dianggap terlalu ringan dan
tidak awet sebagai kayu bangunan. Kayu ini
berwarna keputihan dan amat ringan (BJ 0.35), serta amat mudah diserang jamur
atau serangga. Kayu kemiri yang melapuk sering ditumbuhi jamur kuping (Auricularia).
Kayu kemiri dapat digunakan untuk membuat
furnitur, peralatan kecil, korek api, dan juga untuk pulp. Di Jakarta, dulu, kayu kemiri sering juga
digunakan untuk membuat perabotan rumah tangga. Di Hawaii, kayu kemiri
kadang-kadang digunakan untuk membuat sampan sederhana; atau paling-paling untuk kayu bakar yang
bermutu rendah. Di Lombok, kayu kemiri juga diolah menjadi papan
dan kerajinan tangan.
Lain-lain
Beberapa bagian
dari tanaman ini sudah digunakan dalam obat-obatan tradisional di
daerah-daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai bahan tambahan dalam perawatan
rambut (untuk menyuburkan rambut). Bijinya dapat digunakan sebagai pencahar. Di Jepang, kulit kayunya telah digunakan untuk tumor. Di Sumatera, bijinya dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar
pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya
digunakan untuk mengobati diare atau disentri.
Kemiri juga
sering ditanam sebagai pohon serbaguna, untuk menghijaukan lahan, sebagai
peneduh di pekarangan, dan juga untuk pohon hias. Di Jawa, biji kemiri biasa
dijadikan sebagai bahan permainan untuk diadu kekerasan tempurungnya.
Isu kesehatan
Biji kemiri
mengandung bahan beracun dengan kekuatan ringan. Karena itu sangat tidak
dianjurkan mengonsumsi biji kemiri secara mentah. Penggunaan kemiri harus
diawali dengan menyangrai (memanaskan tanpa minyak atau air) hingga biji
hangat. Pemanasan akan menguraikan toksin.
Mitologi
Di Hawaii, pohon kemiri adalah simbol penerangan, perlindungan,
dan perdamaian. Kemiri dianggap sebagai bentuk tubuh
Kamapua'a, dewa babi. Salah satu legenda menceritakan tentang seorang wanita yang meskipun telah
melakukan segala usahanya yang terbaik untuk menyenangkan suaminya, sering
dipukuli. Akhirnya, suaminya itu membunuhnya hingga mati dan menguburnya di
bawah pohon kukui. Karena sang istri adalah wanita yang baik dan adil,
ia pun memperoleh kehidupannya kembali. Suaminya pun akhirnya terbunuh.